Sabtu, Maret 25, 2017
0
MENGANALISIS KESALAHAN PADA SURAT KABAR MENGENAI EYD
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS KELOMPOK PADA MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

DOSEN PENGAMPU : RINA DEVIANTY, S.S., M.Pd.

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK IV
KETUA : AHMAD SYUKRAN
ANGGOTA : 1. ADE DWIRA AYUNDARI
2. BELA PUTRIYANI
3. HARI RAMDANI
4. NURUL AFRIANI TANJUNG
5. NURHAMNI



SISTEM INFORMASI 1
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

T.A 2016 / 2017




­­­­­KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, kami bersyukur kepada ALLAH SWT yang telah mengkaruniakan rahmat dan petunjuk-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam makalah ini membahas tentang “Ejaan yang Disempurnakan” dimana kami akan mencari sedikit kesalahan yang terdapat dalam surat kabar. Tak lupa kami panjatkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh insan yang dikehendaki-Nya.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Bahasa Indonesia. Dalam makalah ini kami menguraikan tentang pedoman pemenggalan kata, imbuhan bahasa indonesia, bentuk terikat bahasa  asing , dan kesalahan-kesalahan yang terdapat pada koran. Salah satu kesalahan yang terdapat pada koran adalah penulisan kata pada awal paragraf sebuah wacana ditulis dengan huruf kapital semua, contoh “ADA”. Ini merupakan salah satu kesalahan yang sering terjadi di dalam koran.
Dalam penyelesaian makalah ini, kami mendapatkan bantuan serta bimbingan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya jika kami mengucapkan terima kasih kepada dosen, keluarga, teman-teman, dan semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami mohon maaf bila ada  kekurangan pada makalah ini. Karena itu kami mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan makalah mendatang. Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat dan memenuhi harapan berbagai pihak. Amin.

                                        Medan, 6 Oktober 2016
                                                                                      

                                                                               
                                                                                                                       Kelompok IV

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................   1
DAFTAR ISI......................................................................................................   2
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................   3
1.1.                 Latar Belakang...............................................................................   3
1.2.                 Rumusan Masalah.........................................................................   3
1.3.                 Tujuan Penulisan...........................................................................   3
1.4.                 Manfaat Penulisan.........................................................................   4
1.5.                 Ruang Lingkup..............................................................................   4
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................   5
2.1.                 Pengertian Ejaan yang Disempurnakan.........................................   5
2.2.                 Pemakaian Huruf...........................................................................   5
2.3.                 Kaidah Pemenggalan.....................................................................   6
2.4.                 Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring.................................   9
2.5.                 Penulisan Kata...............................................................................   11
2.6.                 Pemakaian Tanda Baca.................................................................   14
2.7.                 Menganalisis Kesalahan Surat Kabar............................................   20
BAB III PENUTUP...........................................................................................   34
3.1.                 Kesimpulan.................................................................................... 34
3.2.                 Saran.............................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 35
  
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.          Latar Belakang
Secara umum, orang menganggap bahwa ejaan berhubungan dengan melisankan bahasa. Di dalam bahasa, sebetulnya ejaan berhubungan dengan ragam bahasa tulis. Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran, dan bagaimana menghubungkan serta memisahkan lambang-lambang.
Belakangan ini banyak orang Indonesia yang kurang mengerti bahasanya sendiri. Bukan berarti pada makna yang sebenarnya, akan tetapi mereka kurang paham tentang kaidah-kaidah dan aturan tata bahasa yang ada di dalam Bahasa Indonesia. Di dalam makalah ini pembahasannya lebih kepada EYD dan tanda baca yang keduanya merupakan indikator dari keabsahan Bahasa Indonesia itu sendiri.
EYD (Ejaan yang Disempurnakan) adalah tata bahasa dalam Bahasa Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian dan penulisan huruf capital dan huruf miring, serta penulisan unsur serapan.
1.2.           Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari EyD ?
2.      Bagaimanakah pengguanaan EyD dalam surat kabar Tribun ?
3.      Apa kesalahan yang sering ditemui pada surat kabar Tribun ?
4.      Bagaimanakah cara menyikapi kesalahan penulisan pada surat kabar Tribun?
1.3.     Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pengertian dari EyD.
2.      Untuk mengetahui penggunaan EyD dalam surat kabar Tribun.
3.      Untuk mengetahui kesalahan pada surat kabar Tribun.
4.      Untuk mengetahui cara menyikapi kesalahan penulisan pada surat kabar Tribun.

1.4.     Manfaat Penulisan
Pelajar dan masyarakat dapat mengetahui informasi tentang kaidah bahasa dan tulisan yang sesuai dengan EyD sehingga kita dapat menggunakan bahasa indonesia dengan baik dan benar. 
1.5.     Ruang Lingkup
Pada dasarnya, makalah ini hanya membahas sesuai dengan kesalahan pada penulisan surat kabar yang telah kami analisis, sehingga tidak semua kaidah-kaidah dalam EyD kami bahas dalam makalah ini.
Kesalahan yang sering ditemui dalam surat kabar Tribun adalah tentang kaidah pemenggalan, banyak sekali kesalahan-kesalahan yang kami temui dalam pemenggalan yang di lakukan. Selanjutnya, mengenai penulisan kata, dan tanda baca.

BAB II
PEMBAHASAN
EJAAN  YANG DISEMPURNAKAN
  2.1.      Pengertian Ejaan yang Disempurnakan
Ejaan adalah cara menuliskan bahasa (kata atau kalimat) dengan menggunakan huruf dan tanda baca. Pada saat ini Indonesia menggunakan ejaan yang disebut Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan karena memang ejaan itu merupakan hasil penyempurnaan dari beberapa ejaan yang penah disusun sebelumnya, terutama Ejaan Republik yang di padukan pula dengan konsep-konsep Ejaan Pembaharuan, Ejaan Melindo, dan Ejaan Baru.
 2.2.          Pemakaian Huruf
a.       Abjad
Di dalam abjad bahasa Indonesia ada 26 huruf yang digunakan, yaitu sebagai berikut :
A a namanya A
B b namanya Be
C c namanya Ce
D d namanya De
E e namanya E
F f namanya Ef
G g namanya Ge
H h namanya Ha
I i namanya I
dst.
b.      Singkatan Kata
Singkatan kata (termasuk singkatan kata asing) yang dibaca huruf demi huruf dilafalkan menurut cara bahasa Indonesia. Contoh :
MTQ dibaca em-te-ki bukan em-te-kyu
TV     dibaca te-fe       bukan ti-fi
  2.3.          Kaidah Pemenggalan 
    A.      Pemenggalan Kata
Pemenggalan kata diperlukan untuk memisahkan bagian-bagian kata dalam pergantian baris. Suatu kata yang terletak pada ujung baris apabila tidak cukup ditulis pada ujung baris itu tentu saja perlu dipenggal. Dalam pemenggalan itu antara bagian kata yang satu dengan kata yang lain dihubungkan dengan tanda hubung dan tidak didahului dengan spasi. Pada pergantian baris tanda hubung ditulis diujung baris.
Sesuai dengan kaidah, pemenggalan kata itu dilakukan sebagai berikut :
1.      Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut :
a.    Jika ditengah kata terdapat dua buah vocal yang berurutan, pemenggalannya dilakukan diantara kedua vocal itu.
Misalnya :
Saat = sa-at ( pemenggalan baku )
Taat = ta-at 
( pemenggalan baku )
Buah = bu-ah 
( pemenggalan baku )
           b.      Huruf diftong ai, au, dan oi tidak pernah diceraikan sehingga    pemenggalan kata tidak                     dilakukan di antara kedua huruf itu.
          Misalnya :
          Aula = au-la ( pemenggalan baku )
          Saudara = sau-da-ra 
( pemenggalan baku )
          Amboi = am-boi 
( pemenggalan baku )

     c.    Jika di tengah kata terdapat huruf konsonan yang diapit oleh vokal, pemenggalan dilakukan               sebelum huruf konsonan itu. 
          Misalnya :
          kerabat = kera-bat ( pemenggalan baku )berupa = beru-pa ( pemenggalan baku )
            mineral = mine-ral ( pemenggalan baku)

      d.    Di samping itu, bila dapit oleh vokal berupa gabungan huruf konsonan pemenggalannya tetap              dilakukan sebelum gabungan konsonan itu. Dalam hal ini gabungan huruf konsonan seperti ng,            kh, dan sy tidak di penggal karena gabungan itu melambangkan satu konsonan atau satu fonem. 
           Misalnya :
           perangkat = pe-rang-kat ( pemenggalan baku )
           masyarakat = ma-sya-ra-kat ( pemenggalan baku )
        e.       Jika di tengah kata ada dua huruf  konsonan yang berurutan, pemenggalan yang dilakukan di             antara kedua huruf konsonan itu. 
              Misalnya :
              Makhluk = makh-luk ( pemenggalan baku )
        Sombong = som-bong 
( pemenggalan baku )
        Bangsa = bang-sa 
( pemenggalan baku )
      
       f.        Jika ditengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan di antara             huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.
              Misalnya :
             instrumen = in-tsru-men ( pemenggalan baku )
       infra = in-fra 
( pemenggalan baku )
       bentrok = ben-trok 
( pemenggalan baku )
      2.      Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris. 
      Misalnya :
      makan-an                 me-ra-sa-kan
      mem-bantu               pergi-lah.   
       Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalan dapat dilakukan di antara unsur-unsur itu atau pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah 1a, 1b, 1c, dan 1d yang di atas.
Misalnya :
          bio-grafi, bi-o-gra-f                       foto-grafi, fo-to-gra-fi
          kilo-gram, ki-lo-gram                    kilo-meter, ki-lo-meter
          intro-speksi, in-tro-spek-si           
B.      Pemengglan Kata Ulang
Pemenggalan kata ulang bahasa Indonesia unsur-unsurnya ditulis kembali secara lengkap dengan disertai tanda hubung, sebainya pemenggalan dilakukan di antara unsur-unsur yang diulang.
Misalnya :
anak-anak = anak-anak ( pemenggalan baku ) anak-an-ak =>( pemenggalan tidak baku )

C.    Pemenggalan Nama Orang
Pemenggalan nama orang pada dasarnya dapat dipenggal. Akan tetapi, pemenggalannya sedikit berbeda dengan pemenggalan kata biasa. Dalam pemenggalan nama orang di antara unsur-unsur yang dipenggal tidak perlu disertai tanda hubung karena masing-masing unsur yang dipenggal merupakan unsur lepas yang didapat berdiri sendiri.
Misalnya :
*Pemenggalan Baku
Ahmad Syukron = Ahmad                               SyukronBela Putriyani = Bela                           Putriyani
Nurul Afriani = Nurul                           Afriani
2.4.     Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring
A.      Huruf Kapital atau Huruf Besar
   1.      Huruf kapital atau huruf besar dipakai  sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya :
Dia mengantuk.          
Apa Maksudnya?
Kita harus bekerja keras.
   2.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan yang pangkat yang tidak diikuti nama orang atauyang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya :
Wakil Presiden Adam  Malik
Perdana Mentri Nehru
   3.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya:
            Amir Hamzah
            Dewi Satika
   4.      Huruf kapital yang dipaikai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya:
            Bangsa Indonesia
            Suku Sunda 
   5.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya:
            Asia Tenggara
            Bayuwangi
  6.      Huruf kapital sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.
Misalnya:
            Republik Indonesia
            Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
   7.      Huruf capital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat,dan sapaan.
Misalnya :
Dr.                   dokter
M.A                 master of arls
   8.      Huruf capital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik dan paman yang dipakai dalam dalam penyapaan dan pengacuan.
Misalnya:
            “Kapan Bapak berangakat?” Tanya Harto.
B.        Huruf Miring
1.      Huruf miring dalam  cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, nama majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya :
           majalah Bahasa dan Kesusastraan
           buku Negarakertagama karangan Prapanca
2.      Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya :
           Huruf pertama kata abad ialah a
           Dia bukan menipu , tetapi ditipu
3.      Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama kata ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Misalnya :
           Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana.
           Politik divide et impera pernah merajalela di negeri ini.

2.5.          Penulisan Kata
A.    Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya :
     Ibu percaya bahwa engkau tahu.
     Kantor pajak penuh sesak.
     Buku itu sangat tebal.
B.     Kata Turunan
1.      Imbuhan ( awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya :
bergelatar                    penetapan
dikelola                       menengok
2.      Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya :
           bertepuk tangan                      garis bawahi
           menganak sungai                    sebar luaskan
3.      Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya :
           menggaribawahi                      menyebarluaskan
           dilipatgandakan                      pengahncurleburan
4.      Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya :
mahasiswa                               mancanegara
narapidana                               pancasila
C.    Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung
     Misalnya :
                 Anak-anak
                 Biri-biri
                 Kupu-kupu
D.    Kata Ganti –ku,kau -, -mu, dan –nya
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya  -ku , -mu , -nya ,ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya :
     Apa yang kumiliki boleh kauambil
E.     Kata Depan di, ke , dan dari
Ditulis dengan terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali didalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai 1 kata , seperti kepada dan daripada
Misalnya :
     Kain itu terletak di dalam lemari
F.     Singkatan dan akronim
1.      Singkatan ialah bentuk yang dipendekatkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
a.       Singkatan nama orang ,nama gelar ,sopaan ,jabatan , atau pangkat yang diikuti dengan tanda titik (.).
Misalnya :
 S.E.                Sarjana Ekonomi
                                      Bpk.              Bapak
b.      Singkatan nama resmi,kata nama resmi lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik(.).
Misal
nya :
 DPR              Dewan Perwakilan Rakyat
                                      KTP               Kartu Tanda Pengenal
c.       Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti dengan satu tanda titik.
Misalnya :
DLL.              Dan lain-lain
                                      Yth.               Yang terhormat.
2.      Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret yang diperlukan sebagai kata.
a.       Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
Misalnya :
    ABRI              Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
    LAN                Lembaga Adminstrasi Negara
    PASI               Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
b.      Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
Misalnya :
    Akabri             Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
    Bappenas         Badan Perencana Pembangunan Nasional

2.6.          Pemakaian Tanda Baca
A.    Tanda Titik (.)
1.      Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya :
     Ayahku tinggal di Solo.
     Biarlah mereka duduk disana.
2.      Tanda titk dipakai dibelakang angka atau huruf dalam satu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya :
     III.   Departemen Dalam Negeri
A.    Direktorat Jendral Pembangunan Masyarakat Desa
B.     Direktorat Jendral Argaria
a.       ...
3.      Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukan waktu.
Misalnya :
     Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
4.      Tanda titik dipakai diantara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhiran dengan tanda tanya atau tanda seru dan tempat dalam daftar pustaka.
Misalnya :
Siregar, Merari. 1920. Azhab dan Sengsara. Weltervreden: Balai Poestaka.

B.     Tanda Koma (,)
1.      Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:
satu, dua, … tiga!
Saya memiliki buku, pena, dan tas untuk persiapan sekolah
2.      Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau  melainkan.
Misalnya:
      Dia ingin mengikuti perlombaan itu, tetapi sedang sakit
      Nilam bukan kelompok tina, melainkan kelompok saya
3.      Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari sinkatan nama diri keluarga, atau marga.
Misalnya :
B. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.
4.      Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya :
12,5 m
Rp 12,50

C.    Tanda Titik Koma (;)
1.         Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Misalnya :
Malam makin larut ; pekerjaan belum selesai

2.      Tanda titik koma dapat dipakau sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Misalnya :
Ayah mengurus tanamannya di kebun itu ; Ibu sibuk     bekerja di dapur ;
D.    Tanda Titik Dua ( : )
1.      Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya :
Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga : kursi, meja, dan lemari
Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya :
           Kita memerlukan kursi, meja,dan lemari.
2.      Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya :
a)      Ketua                    :           Ahmad Wijaya
Sekretaris              :           S.Handayani
Bendahara             :           B.Hartawan
b)      Tempat sidang      :           Ruang 104
Pengantar Acara    :           Bambang S.
Hari                       :           Senin
Waktu                   :           09.30
3.      Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menujukkan pelaku dalam percakapan.
Misanya :
Ibu       :           (meletakkan beberapa kopor)
                        “Bawa kopor ini, Mir!”
Amir    :           “Baik,Bu”. (mengangkat kopor dan masuk)
Ibu       :           “Jangan lupa . Letakkan baik-baik!”
                         (duduk di kursi besar)
E.      Tanda Pisah ( - )
1.      Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yanmemberi penjelasan di luar bangun kalimat.
Misalnya:
Kemerdekaan bangsa itu-saya yakini akan tercapai-diperjuangan oleh bangsa itu sendiri
2.      Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya:
Rangkaian temuan ini-evolusi, teori kebisnisan, dan kini juga pembelahan atom-telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta

3.      Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti ‘sampai’.
Misalnya :
         1910-1945
         Tanggal 50-10 April 1970
         Jakarta-Bandung
F.     Tanda Ellipsis ( … )
1.      Tanda ellipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
     Misalnya :
                 Kalau begitu.. ya, marilah kita bergerak.
2.      Tanda ellipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
     Misalnya :
                 Sebab-sebab kemerosotan…akan diteliti lebih lanjut.
G.    Tanda Tanya (?)
     Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya
Misalnya :
     Kapan ia berangkat?
     Apakah anda sudah tau?
H.    Tanda Seru (!)
            Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataaan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau pun rasa emosi yang kuat.
Misalnya :
            Alangkah seramnya peristiwa  itu!
I.   Tanda Kurung ( (…) )
A.    Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan
     Misalnya:
 Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.
B.     Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang  bukan bagian integral pokok pembicaraan.
     Misalnya:
Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru dalam pasaran dalam negeri.
J.  Tanda Petik ( “…” )
1.      Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.
     Misalnya :
                  “Saya belum siap,” kata Mirna, “tunggu sebentar!”
2.      Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau  kata yang mempunyai arti khusus
     Misalnya :
                 Pekerjaan itu dilaksanan dengan cara “coba dan ralat” saja
3.      Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan lansung.
     Misalnya :
                  Kata Tono, “Saya juga minta satu”.
K.    Tanda Petik Tunggal ( ‘…’ )
1.      Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
     Misalnya :
                 Tanya Basri, “Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
2.      Tanda petik tunggal mengapit makna , terjemahan, atau penjelasan kata ungkapan asing .
     Misalnya :
                  feed-back ‘balikan’
L.     Tanda Garis Miring ( / )
1.      Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
     Misalnya :
                 No.7/PK/1973
                 Jalan Kramat II/10
2.      Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, atau tiap .
     Misalnya :
                  mahasiswa/hasiswi
M.   Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)
      Tanda penyingkat atau apostrof menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Misalnya :
      Ali’ kan kusurati (‘kan = akan)
      Malam ‘lah tiba (‘lah = telah)


BAB III
PENUTUP

3.1.           KESIMPULAN
Perngertian EyD merupakan hasil penyempurnaan dari beberapa ejaan yang penah disusun sebelumnya, terutama Ejaan Republik yang di padukan pula dengan konsep-konsep Ejaan Pembaharuan, Ejaan Melindo, dan Ejaan Baru.
Dalam menulis surat kabar EyD perlu dipahami, seperti pemakaian dan penulisan kata, kaidah pemenggalan, pemakaian huruf kapital dan huruf miring, penulisan kata, dan penggunaan tanda baca. Hal itu karena penggunaan EyD yang digunakan dalam surat kabar  itu sangat minim, sering terdapat kesalahan dalam penulisan surat kabar sehingga penulisannya pun tidak sesuai dengan EyD yang berlaku.
Berdasarkan surat kabar yang dianalisis di atas, kesalahan ejaan dan kalimat menjadi hal yang lumrah dalam surat kabar. Kesalahan yang sering terjadi pada surat kabar yakni kesalahan pada pemenggalan, baik itu pemenggalan pada nama orang ataupun pemenggalan pada kata. Kesalahan lainnya berupa penulisan nominal rupiah, pemakaian kata baku, kesalahan pada penulisan kata, dan pemakaian kalimat efektif.
Cara kita menyikapi dari kesalahan pada surat kabar adalah dengan kita tidak terlalu meniru pemakaian tanda baca dan cara penulisan pada surat kabar tersebut.

3.2.           SARAN
Saran kami kepada audiens perlu untuk mengetahui kesalahan-kesalahan yang terdapat pada koran, dan audiens tidak menerapkan kaidah EYD yang salah ini di kehidupan sehari-hari. Tidak hanya di surat kabar saja, tapi di media lain juga pasti memiliki kesalahan.
Saran kami kepada masyarakat Indonesia perlu menerapkan pemahaman tentang kaidah penggunaan Bahasa Indonesia yang harus sesuai dengan EYD. Tujuannya agar terciptanya ragam kebahasaan yang efektif, mudah dipahami, dan benar dilihat dari struktur serta ejaannya.
Saran kami kepada pihak media dalam penulisan sebuah wacana perlu menerapkan kaidah penggunaan EYD. Tujuannya untuk menerapkan penggunaan EYD ini terhadap pembaca wacana tersebut, supaya tidak menyimpang dalam penerapannya dikehidupan sehari-hari.



DAFTAR PUSTAKA
Devianty, Rina.  2016. Buku Ajar Bahasa Indonesia. Medan: UINSU.
Kamisa. 2013. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya: Cahaya Agency.
Mulyati. 2015. Terampil Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Prenadamedia Group.
Murthado, Ali dan Rahmat Hidayat Nasution. 2015. Bahasa Indonesia Untuk        Perguruan Tinggi Teori dan Praktik Karya ilmah. Medan: Wal Ashri Publishing.

Sukiman, Wirosaputro. 2004. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Bandung: Yrama Widya.
Next
This is the most recent post.
Posting Lama

0 komentar:

Posting Komentar